Waspada Penipuan Modus Kenaikan Tarif Bank lewat WA

NETpoin.com - Pernah dapat pesan WA informasi kenaikan tarif bank sebesar 150.000 dari 6.500 perbulan? Waspada, karena itu adalah penipuan berkedok pesan WhatsApp resmi perbankan, dengan mengaku dari pihak bank terkait, padahal oknum tindak kejahatan cycber yang sedang melancarkan aksinya.

Modus ini biasanya diawali dengan memberi informasi dengan kop editan kemudian menawarkan kepada target untuk tetap pada potongan bank awal atau kenaikan potongan bulanan yang lebih tinggi via WhatsApp. Penulis sendiri beberapa kali juga mendapati kiriman pesan penipuan ini via WhatsApp.

Contoh Penipuan Modus Kenaikan Tarif Bank
doc: sumber pribadi modus kenaikan tarif bank

Selain lewat WA, ada juga modus telepon langsung korbannya menggunakan nomor ekstensi luar negeri dan mengaku dari pihak bank.

Inti penyampaiannya pun sama, yaitu menginformasikan kepada target tentang kenaikan tarif admin, padahal tidak ada kenaikan sama sekali alias hoax guna memicu kepanikan korbanya.


Skema Dalam Menjerat Korban

Cara kerja penipu ini ialah diawali dengan dialog penawaran persetujuan tentang kenaikan tarif bulanan ATM atau tetap pada potongan awal, pastinya orang akan memilih untuk tidak ingin ada kenaikan tarif transaksi bank. 

Setelah itu si oknum akan mengirimkan link kepada calon target korban dan diminta untuk memilih opsi yang tersedia, namun inilah celah bagi penipu untuk melancarkan aksinya.

Dengan diarahkannya ke tampilan dashboard log-in menyerupai mobile banking bank BRI, BCA, Mandiri, BNI atau lainya, sedangkan korban yang awam tidak menyadari jika jebakan itu adalah phising dan melakukan log-in seperti biasa.


Mengenal Apa itu Phising

Phising merupakan metode umpan, yaitu dengan cara mengelabuhi target menggunakan tampilan log-in mBanking atau log-in website bank yang menyerupai aslinya, dengan domain dan server palsu, hasil log-in get username dan pass inilah yang akan ter delivery ke penipu. 

Selain itu penipu juga akan menanyakan OTP yang di terima pada ponselnya dengan alasan untuk verifikasi akun dan sebagainya, pada tingkat lanjut penipu juga bisa saja mem bypass OTP ini.


Menimbulkan Korban

Contoh kasus yang sudah pernah terjadi adalah dialami seorang pengemudi ojol di Semarang yang saldonya raib puluhan juta setelah meladeni informasi kenaikan tarif bank ini, di sangka dari pihak perbankan padahal sedang masuk perangkap.

Sungguh miris memang, karena memanfaatkan kepolosan dan keluguan seseorang yang awam mengenai keamanan cyber, hingga menyebabkan korban mengalami kerugian materil puluhan juta rupiah.


Konklusi

Metode penipuan cyber semakin canggih dan berubah-ubah. Pastikan Anda tidak mudah percaya pada informasi apapun yang datang dari orang yang mengaku dari pihak tertentu tanpa melakukan crosscheck. Informasi resmi dapat dilakukan dengan menghubungi call center resmi bank terkait atau datang ke kantor cabang bank terdekat.

Penulis sendiri pesimis bila harus melapor untuk kasus seperti ini dengan harapan agar tidak terus memakan lebih banyak korban diluar sana, karena pengaduan biasanya hanya akan disarankan untuk tidak mempercayai informasi terkait.

Sedangkan pihak digital forensik sebenarnya dapat dengan mudah melakukan tracking penipu by nomor WA yang digunakan berserta IP address oknum tersebut.

Harapanya dari sisi corporate pun juga dapat secara preventif menggandeng cycber pol agar dapat mengusut tanpa harus menunggu aduan dari nasabah, bahkan menunggu hingga jatuh korban.

Semoga informasi ini dapat mengedukasi anda untuk lebih meningkatkan kewaspadaan dalam bertransaksi dan menerima informasi yang tidak valid.

Post a Comment